
Sila Sesana Brahmana Buddha: Kajian Etnopedagogi
Buku berjudul “Sila Sesana Brahmana Buddha: Kajian Etnopedagogi” ini berangkat dari fenomena yang terjadi dewasa ini dimasyarakat Hindu Bali khususnya terjadinya degradasi moral, serta pelanggaran sesana/moralitas yang dilakukan oleh beberapa oknum Pandita/Sulinggih yang tidak mencerminkan norma-norma ke-Sulinggihan.
Sebagaimana ajaran kearifan lokal tersebut dimuat dalam Lontar Sanghyang Kamahayanikan, lontar Tutur Purbosomi, lontar Siwa Sesana dan lontar-lontar lainnya. Fenomena ini tentunya menarik bagi penulis untuk dikaji, dianalisis, didalami, kenapa terjadi transformasi dan apa yang menjadi penyebab serta implikasinya sehingga nantinya bisa dijadikan acuan dalam memahami tata cara sesuai aturan yang mestinya dilaksanakan oleh Wiku dan Sisya Brahmana Buddha di Puri Semarapura.
Buku ini mencoba membahas perihal sistem pendidikan tradisional yang berlaku dalam proses diksa atau inisiasi seseorang yang telah menyucikan diri. Sistem pendidikan tradisional ini dikenal dengan aguron-guron. Buku ini fokus pada sila sesana aguron-guron brahmana Buddha di Puri Semarapura. Sila Sesana Sisya Brahmana Buddha di Puri Semarapura adalah perubahan perilaku atau Sesana, dari perubahan Sesana Welaka ke Sesana kesulinggihan. Transformasi itu melalui kegiatan praktis dalam wujud tiga implementasi wiku, yakni wiku dhang acarya, wiku ngeraga, dan wiku anglokapalasraya. Ketiga wujud tersebut memunculkan tingkat penyadaran (konsientisasi) Brahmana Buddha untuk selalu belajar, melalui tatttwa, susila dan upakara.