Agama Hindu memiliki tiga kerangka dasar, yaitu Tattwa, ethika, dan Upacara, dijadikan pedoman yang dilaksanakan dalam kehidupan beragama oleh Umat Hindu, khususnya di Bali. Ciri dominan yang nampak dalam pelaksanaan agama Hindu di Bali adalah pelaksanaan upacara, dimana hampir setiap hari ada upacara apakah upacara kecil, menengah hingga besar.

Dalam melaksanakan upacara diperlukan pemimpin upacara, apakah itu sulinggih, ataukah seorang pemangku, dimana kedudukan beliau berperan penting dalam mensukseskan suatu upacara/yadnya. Khususnya Pemangku yang akan lebih banyak menjadi perhatian semua pihak, dalam masyarakat pada umumnya, khususnya di masing wilayah nya. Karena pemangku menjadi jembatan penghubung anatara umat dengan Ida Bhatara, sehingga diperlukan suatu persyaratan kesucian diri sebagai seorang pemangku menurut sastra agama.

Didalam melaksanakan tugas seorang pemangku hendaknya memahami dan mengerti sesananya, terutama didalam memimpin /nganteb upacara. Kita menjadari bahwa keberagaman pemangku saat ini ada yang sudah menjalani tugas 15 tahun bahkan 30 ketas, tetapi regenerasi yang memegang pakem sesana yang kita ketahui amat diperlukan, sehingga semua memberikan penilaian kepantasan sebagai seorang pemangku, karena telah memiliki dan menjalani Parikrama dan Tata Titi menurut standar baku.

Walaupun kita tidak bisa mestandarisir atau megeneralisir secara personal namun sesana itu penting sekali untuk menghidari dosa, alpa atau klesa dalam menjalani tugasnya. Oleh sebab itu sebuah buku pedoman ini amat diperlukan. Dasar Tattwa yang digunakan dalam menyusun materi ini adalah beberapa lontar seperti : Lontar Kusuma Dewa, Lontar Mpu Kururan, Dewa Tattwa, Bhuta Kala Tattwa, Janma Prawert, Siwa Tattwa Puraa, Yama Tattwa Purana, Lontar Lebur Sangsa, dan sastra sastra agama lainya yang berbicara tentang kepemangkuan. Setiap lontar memberikan penekanan tentang bagaimana seorang Pemangku dari kedudukannya, hak dan kewajibannya. Dalam rujukan ini memberikan gambaran bagaimana etika pemangku dalam melaksanakan swadharmanya sebagai Pemangku, dalam menjaga Kesucian diri, dalam hidupnya sesuai ajaran agama Hindu, apa yang boleh dianjurkan dilaksanakan, dan apa yang tidak boleh dilakukan/dilarang, sebagai sasana utama dalam memegang gegelaran Ki Pemangku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *