Gita Kandotama

Karya ini sungguh sangat indah (kalangĕn ring hati), pilihan kata dalam bahasa KawiBali, serta aturan pada lingsanya sangat tepat mengikuti aturan pada gaguritan. Ajaran tattwa Hindu di Bali sangat identik perpaduan ajaran Śiwaisme, Tantra dan Yoga. Karya ini mampu menyarikannya ke dalam bentuk pupuh. Pada setiap pupuh memiliki aturan yang mengikatnya (padalingsa). Padalingsa meliputi, guru wilangan, guru gatra dan guru dingdong dari suatu pupuh. Ini memberi penanda bahwa karya sastra gaguritan merupakan sebuah karya sastra yang berbentuk tembang. Kumpulan pupuh yang membangun sebuah gaguritan dapat berupa satu jenis pupuh atau beberapa jenis pupuh yang berbeda namun saling berkaitan. Dalam kontruksi teks Gita Kandotama ini dapat ditemukan 11 pupuh; diantaranya Maskumambang, Sinom, Ginada, Ginanti, Pucung, Smaradahana, Mijil, Durma, Megatruh, Pangkur, dan Dangdang yang tersusun ke dalam beberapa bab.
Karya “Gita Kandotama” ini merupakan transformasi aliran pengetahuan Veda yang dikemas melalui gaguritan, sebagai wujud mengedepankan kearifan budaya sastra Bali, seperti yang disebut Bapak Gde Sura (1994) mengenai pustaka suci Agama Hindu adalah Veda, mengalir luas berpadu dengan kearifan lokal setempat, maka wajahnya berubah sesuai dengan ruang dan waktu yang dilalui, tetapi esensinya tetap esensi Veda. Prof. Suka Yasa mencermati itu, dan menuangkannya ke dalam “Gita Kandotama” dengan pemilihan leksikon kata yang mudah dipahami, baitbaitnya disusun dengan sistematis berdasarkan ajaran Siwaistik, Tantra dan Yoga sangat memberikan kemudahan bagi pembaca pemula dalam menembangkan serta memahami keterkaitan ketiga ajaran tersebut.
Lebih mendalam, “Gita Kandotama” diibaratkan seperti Upaniṣad, seorang guru menyampaikan ajaran-ajaran tattwa dalam bentuk tembang, siswanya mendengarkan dengan baik, menjadi paham akan hakekat ajaran yang disampaikan oleh gurunya. Selanjutnya karya ini juga wajib ditembangkan melalui sekaa śānti dharmāgita di seluruh Bali pada saat pelaksanaan upacara yajña agar diketahui dan disebarkan ajaran yang terkandung di dalamnya kepada masyarakat melalui lantunan-lantunan suara yang merdu. Pencurahan rasa bhakti dan pembimbing pikiran menuju suatu kebenaran yang berisikan ajaran agama, susila, tuntunan hidup, dan pelukisan kebesaran Tuhan dalam berbagai manifestasi-Nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *